Makalah Ilmu Tafsir
Wawasan Al-Qur'an Tentang Ketuhanan
WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG KETUHANAN
A. Pendahuluan
Pemahaman atau penafsiran terhadap ayat-ayat yang menerangkan tentang Tuhan dalam mengkaji Islam merupakan suatu hal yang amatlah penting. Penting dikarenakan agama Islam adalah agama samawi (Langit) di mana agama Islam tersebut memiliki sumber tunggal yaitu Allah SWT. Dalam kajian fenomenologi (ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an dan Hadits) agama Islam, Allah adalah obyek dari agama tersebut. Sebagai obyek yang memiliki sisfat-sifat maha yang terurai dalam Asma’ul Husna. Sifat-sifat maha-Nya tiada tertandingi oleh apapun dan siapapun.
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang Esa. Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia itu sendiri. Dia menjawab dan menolong bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Selain itu semua, Allah SWT juga menuntun manusia pada jalan yang lurus (jalan yang diridhai-Nya) .
Jika dalam berbagai kajian mengenai ke-Tuhanan memiliki konsep-konsep yang berbeda satu sama lainnya, misalnya paham atau kepercayaan Politeisme di Yunani yang memiliki kepercayaan kepada berbagai tuhan atau banyak tuhan (dewa) yang menguasai masing-masing bidangnya. Hal itu juga terjadi di Mesir, Persia dan didaerah timur tengah lain. Tak terkecuali pengaruh keyakinan tersebut sampai di Arab. Namun kemudian datanglah Al Qur’an sebagai penglurus dan pembenaran, ajaran Tauhid (monotheisme). Selain itu juga didalam Al Qur’an juga dijelaskan tentang hukum, ilmu pengetahuan, syari’at, sejarah dan lain sebagainya. Oleh karena itu lah kita harus mempelajari lebih mendalam lagi tentang Al Qu’an.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan kami bahas permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Wawasan Al Qur’an membahas tentang Ketuhanan ?
C. Pembahasan
Sebelum menyebutkan ayat-ayat Al Qur’an yang berkenaan tentang ke-Tuhanan. Perlu kita ketahui bahwa Al-Quran datang untuk meluruskan membenarkan keyakinan sebelumnya, dengan membawa ajaran tauhid. Namun dapat kita bayangkan betapa luas pembahasan tentang Tuhan Yang Maha Esa bila dirujuk pada keseluruhan kata yang menunjukkan kepada Allah SWT, dalam Al-Qur’an. Terdapat beberapa sudut pandang yang terdapat dalam Al-Qur'an yang membahas tentang ke-Tuhanan, yakni sebagai berikut [1]:
1. Fitrah Manusia (Keyakinan tentang Keesaan Allah SWT)
Dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa kehadiaran Tuhan (Allah) ada dalam diri setiap manusia. Hal tersebut merupakan fitrah (bawaan) manusia sejak mereka masih berupa roh. Seperti diseebutkan dalam QS. Ar Rum ayat 30 :
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $Zÿ‹ÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏ‰ö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$# ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar-Rum : 30)
Fitratallah فطرت اللهmaksudnya ciptaan Allah. Berasal dari kerja (fi’il) fatara yafturu-fitratan au futuran artinya menciptakan, tumbuh, terbit, berbuka puasa atau makan pagi[2]. Pada ayat tersebut Allah menyuruh Nabi Muhammad untuk tetap menghadapkan muka kepada-Nya dalam rangka melaksanakan dakwah penyebaran agama Allah kepada seluruh umat manusia. Agama Allah merupakan ciptaan (fitrah)-Nya untuk kebaikan seluruh umat manusia. Karena manusia diciptakan oleh Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Jikalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan mereka. Selain itu dalam Al-Qur'an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan dalam QS. Al-A'raf ayat 172 :
øŒÎ)ur x‹s{r& y7•/u‘ .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍ‘qßgàß öNåktJƒÍh‘èŒ öNèdy‰pkôr&ur #’n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4’n?t/ ¡ !$tRô‰Îgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x‹»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ
“ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",(QS. Ar A’raf : 172)”
Dalam ayat tersebut Allah menerangkan tentang perjanjian/janji yang sudah dibuat pada waktu manusi dilahirkan dari rahim ibu mereka, secara turun temurun, yakni Allah menciptakan atas dasar fitrah. Ketika manusia masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi, serta bersumpah dan berikrar tentang keesaan Allah[3]. Dalam ayat tersebut juga menjelaskan kepada manusia, bahwa hakekat kejadian manusia itu didasari atas kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa. Sejak manusia itu dilahirkan dari rahim orang tua mereka, ia sudah menyaksikan tanda-tanda keesaan Allah pada kejadian mereka sendiri. Pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan.
2. Tauhid adalah Prinsip Dasar Agama Samawi
Dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al Anbiya’ Ayat 25 sebagai berikut ini :
!$tBur $uZù=y™ö‘r& `ÏB šÎ=ö6s% `ÏB @Aqß™§‘ žwÎ) ûÓÇrqçR Ïmø‹s9Î) ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbr߉ç7ôã$$sù ÇËÎÈ
Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, Maka sembahlah Aku ".(QS. Al Anbiya’ : 25)
Dalam ayat diatas Allah telah menegaskan, bahwa setiap Rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang telah diberi-Nya wahyu, yang bertugas mengajarkan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT[4]. Yakni Agama Islam yang merupakan Agama Samawi (langit) yakni agama yang berasal dari Tuhan, bukan dari hasil olah pikir manusia (agama ardhi/bumi). Oleh sebab itulah menjadi kewajiban bagi manusia untuk menyembah Allah semata-mata. Dan tidak ada satu dalil pun yang membenarkan kepercayaan selain kepercayaan tauhid kepada Allah. Jadi Tauhid merupakan pangkal atau pondasi dari Agama Samawi. Karena tauhid mengajarkan bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT. Karena semua Agama yang disampaikan oleh para rasul adalah berdasarkan kepercayaan tauhid kepada Allah SWT. Dan setiap Rasul yang diutus oleh Allah, memperoleh wajyu yang berisi kepercayaan Tauhid. Oleh sebab itulah manusia harus menyembah hanya kepada Allah SWT.
Dalam wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW yakni QS. Al ‘Alaq 1-5 juga dijelaskan tentang keesaan Allah SWT.
ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,(1) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah(2). Bacalah, dan Tuhan mulah yang Maha pemurah. (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam(4). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(5). (QS. Al Alaq : 1-5)
Dalam ayat tersebut jelas bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Pencipta. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Hal itu menunjukkan betapa kuasanya Allah SWT menciptakan manusia yang seperti kita ini, hanya dari segumpal darah hingga menjadi sesempurna sekarang ini[5]. Oleh karena itulah juga Tauhid merupakan dasar dari agama Islam. melalui wahyu pertama Al-Qur'an Surat Al-'Alaq : 1-5 tersebut, Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur'an adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur'an merupakan "penuturan Allah tentang diri-Nya."[6]
Serta Allah adalah yang Maha Pemurah lagi Maha Pintar yang telah memberikan manusia suatu pengajaran atau pendidikan dengan perantara kalam dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui meraka. Kalam yang dimaksud adalah Al-Qur’an yang berisi berbagai ilmu pengetahuan yang manusia belum ketahui, mulai ilmu pengetahuan keagamaan, alam dan lain sebagainya. Hal itu memberikan kita penjelasan tentang Al Qur’an yang mengandung wawasan atau pengetahuan tentang Keesaan Allah.
3. Bukti Keesaan Allah
Dalam QS. Az-Zumar ayat 5-6 yang berbunyi :
t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur Èd,ysø9$$Î/ ( â‘Èhqs3ムŸ@øŠ©9$# ’n?tã Í‘$pk¨]9$# â‘Èhqs3ãƒur u‘$yg¨Y9$# †n?tã È@øŠ©9$# ( t¤‚y™ur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur ( @@à2 “Ìøgs† 9@y_L{ ‘‡K|¡•B 3 Ÿwr& uqèd Ⓝ͓yèø9$# 㻤ÿtóø9$# ÇÎÈ /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oy‰Ïnºur §NèO Ÿ@yèy_ $pk÷]ÏB $ygy_÷ry— tAt“Rr&ur /ä3s9 z`ÏiB ÉO»yè÷RF{$# spuŠÏZ»yJrO 8lºurø—r& 4 öNä3à)è=øƒs† ’Îû ÈbqäÜç/ öNà6ÏG»yg¨Bé& $Z)ù=yz .`ÏiB ω÷èt/ 9,ù=yz ’Îû ;M»yJè=àß ;]»n=rO 4 ãNä3Ï9ºsŒ ª!$# öNä3š/u‘ çms9 à7ù=ßJø9$# ( Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( 4’¯Tr'sù tbqèùuŽóÇè? ÇÏÈ
5. Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
6. Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
[1306] tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.
Untuk orang-orang materialisme sesuatu harus dibuktikan secara nyata, begitu juga tentang Tuhan mereka menuntut bukti wujud dan keesaan Tuhan dengan pembuktian material. Mereka ingin segera melihat-Nya di dunia ini. Seperti halnya Nabi Musa A.S. suatu ketika pernah memohon kepada Allah agar Allah menampakkan diri-Nya kepadanya, sehingga Tuhan berfirman sebagai jawaban atas permohonannya, disebutkan dalam QS. Al A’raf ayat 143:
$£Js9ur uä!%y` 4Óy›qãB $uZÏF»s)ŠÏJÏ9 ¼çmyJ¯=x.ur ¼çmš/u‘ tA$s% Éb>u‘ þ’ÎTÍ‘r& öÝàRr& šø‹s9Î) 4 tA$s% `s9 ÓÍ_1ts? Ç`Å3»s9ur öÝàR$# ’n<Î) È@t6yfø9$# ÈbÎ*sù §s)tGó™$# ¼çmtR$x6tB t$öq|¡sù ÓÍ_1ts? 4 $£Jn=sù 4’©?pgrB ¼çmš/u‘ È@t7yfù=Ï9 ¼ã&s#yèy_ $y2yŠ §yzur 4Óy›qãB $Z)Ïè|¹ 4 !$£Jn=sù s-$sùr& tA$s% šoY»ysö6ß™ àMö6è? šø‹s9Î) O$tRr&ur ãA¨rr& tûüÏZÏB÷sßJø9$# ÇÊÍÌÈ
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang Telah kami tentukan dan Tuhan Telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar Aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi Lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, Aku bertaubat kepada Engkau dan Aku orang yang pertama-tama beriman".(QS. Al A’raf:143)
Beberapa Mufassirin ada yang mengartikan bahwa yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah sekedar cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.[7]
Peristiwa ini membuktikan bahwa manusia agung pun tidak berkemampuan untuk melihat-Nya -paling tidak- dalam kehidupan dunia ini. Agaknya kenyataan sehari-hari menunjukkan bahwa kita dapat mengakui keberadaan sesuatu tanpa harus melihatnya. Bukankah kita mengakui adanya angin, hanya dengan merasakan atau melihat bekas-bekasnya? Bukankah kita mengakui adanya "nyawa" bukan saja tanpa melihatnya bahkan tidak mengetahui substansinya?.
Di sisi lain ada dua faktor yang menjadikan makhluk tidak dapat melihat sesuatu. Pertama, karena sesuatu yang akan dilihat terlalu kecil apalagi dalam kegelapan. Sebutir pasir lebih-lebih di malam yang kelam tidak mungkin ditemukan oleh seseorang. Namun kegagalan itu tidak berarti pasir yang dicari tidak ada wujudnya. Faktor kedua adalah karena sesuatu itu sangat terang. Bukankah kelelawar tidak dapat melihat di siang hari, karena sedemikian terangnya cahaya matahari dibanding dengan kemampuan matanya untuk melihat? Tetapi bila malam tiba, dengan mudah ia dapat melihat.
Demikian pula manusia tidak sanggup menatap matahari dalam beberapa saat saja, bahkan sesaat setelah menatapnya ia akan menemukan kegelapan Kalau demikian wajar jika mata kepalanya tak mampu melihat Tuhan Pencipta Matahari itu.
Secara umum kita dapat membagi uraian Al-Quran tentang bukti Keesaan Tuhan dengan tiga bagian pokok, yaitu[8]:
a. Kenyataan Wujud Yang Tampak
Dalam hal ini Al-Quran menjelaskan menggunakan seluruh wujud sebagai bukti, khususnya keberadaan alam raya ini dengan segala isinya. Berkali-kali manusia diperintahkan untuk melakukan nazhar, berfikir, serta berjalan di permukaan bumi guna melihat betapa alam raya ini tidak mungkin terwujud tanpa ada yang mewujudkannya.
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ ’n<Î) È@Î/M}$# y#ø‹Ÿ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ ’n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#ø‹Ÿ2 ôMyèÏùâ‘ ÇÊÑÈ ’n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#ø‹x. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ ’n<Î)ur ÇÚö‘F{$# y#ø‹x. ôMysÏÜß™ ÇËÉÈ
(17)Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, (18) Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? (19) Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (20 Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS. Al Ghasiyyah:17-20)
b. Rasa Yang Terdapat Dalam Jiwa Manusia
Dalam hal ini, Al-Quran juga menjelaskan misalnya mengingatkan manusia,
ö@è% öNä3tF÷ƒuäu‘r& ÷bÎ) öNä38s?r& Ü>#x‹tã «!$# ÷rr& ãNä3÷Gs?r& èptã$¡¡9$# uŽöxîr& «!$# tbqããô‰s? bÎ) óOçFZä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÍÉÈ ö@t/ çn$ƒÎ) tbqããô‰s? ß#ϱõ3u‹sù $tB tbqããô‰s? Ïmø‹s9Î) bÎ) uä!$x© tböq|¡Ys?ur $tB tbqä.ÎŽô³è? ÇÍÊÈ
Katakanlah: (hai Muhammad kepada yang mempersekutukan Tuhan) "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (Tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!". (Tidak), tetapi Hanya dialah yang kamu seru, Maka dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepadanya, jika dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah).(QS. Al An’am : 40-41)
c. Dalil-Dalil Logika
Banyak sekali dalil-dalil aqliah atau logika yang membahas tentang keesaan Allah SWT. Sepeti halnya QS. Al An’am ayat 101 :
ßìƒÏ‰t/ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur ( 4’¯Tr& ãbqä3tƒ ¼çms9 Ó$s!ur óOs9ur `ä3s? ¼ã&©! ×pt6Ås»|¹ ( t,n=yzur ¨@ä. &äóÓx« ( uqèdur Èe@ä3Î/ >äóÓx« ×LìÎ=tæ ÇÊÉÊÈ
Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana dia mempunyai anak padahal dia tidak mempunyai isteri. dia menciptakan segala sesuatu; dan dia mengetahui segala sesuatu.( QS. Al An’am : 101)
Dari ayat tersebut jelas bahwa Allah adalah Yang Maha Esa berdasarkan akal logika. Selain itu diperkuat lagi pada QS. Al-Ikhlas tentang ke-Esaan Allah.
4. Macam-macam Keesaan
Berbicara tentang macam-macam keesaan Allah mengantarkan kita untuk memahami paling tidak surat Al-Ikhlas, sedikitnya tentang ayatnya yang pertama,
ö@è% uqèd ª!$# î‰ymr& ÇÊÈ
“ Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa ”(QS. Al Ikhlas : 1)
Ahad yang diterjemahkan dengan kata Esa terambil dari akar kata wahdat yang berarti "kesatuan," seperti juga kata wahid yang berarti "satu." Kata ini sekali berkedudukan sebagai nama, dan sekali sebagai sifat bagi sesuatu. Apabila ia berkedudukan sebagai sifat, maka ia hanya digunakan hanya untuk Allah SWT semata. Dalam ayat di atas, kata Ahad berfungsi sebagai sifat Allah SWT., dalam arti bahwa Allah memiliki sifat-sifat tersendiri yang tidak dimiliki oleh selain-Nya.
Jadi sangatlah jelas bahwa Allah Yang Maha Esa. Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah (Katakanlah) : sampaikan lah wahai Muhammad bahwa tiada tuhan yanh hak disembah kecuali hanya Allah SWT.
Selain itu juga dijelaskan dalam ayat lain yaitu dalam QS. Al Baqarah ayat 163 yang berbunyi :
ö/ä3ßg»s9Î)ur ×m»s9Î) Ó‰Ïnºur ( Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ß`»yJôm§9$# ÞOŠÏm§9$# ÇÊÏÌÈ
“ Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah :163).
Maka, tentu lebih jelas jika Allah adalah Yang Maha Esa dan tidak ada yang menyamainya. Namun yang jelas bahwa Allah Maha Esa, dan Keesaan-Nya itu mencakup empat macam keesaan yakni sebagai berikut[9] :
a. Keesaan Zat
Allah tidak terdiri atau tersusun dari unsur-unsur, bagian-bagian ataupu partikel-partikel
b. Keesaan Sifat
Allah tidak memiliki sifat yang sama dengan mahluk lain. Meskipun dari segi bahasa sama namun jika lebih dalam lagi berbeda karena Allah adalah maha dari segala-galanya.
c. Keesaan Perbuatan
Semua yang terjadi dijagat raya ini adalah perbuatan Allah semata, dan tidak ada unsur lain yang menghendaki kecuali hanya Allah SWT.
d. Keesaan dalam beribadah kepada-Nya.
Seluruh makhluk ciptaannya, baik itu jin, setan, malaikat, manusia dan lain-lainnya. Hanya beribadah kepada Allah SWT semata.
5. Allah dalam Kehidupan Manusia
Dalam suatu ayat Allah menggambarkan dampak kehadiran-Nya dalam jiwa manusia yakni QS Az Zumar ayat 29 :
z>uŽŸÑ ª!$# WxsWtB Wxã_§‘ ÏmŠÏù âä!%x.uŽà° tbqÝ¡Å3»t±tFãB Wxã_u‘ur $VJn=y™ @@ã_tÏj9 ö@yd Èb$tƒÈqtFó¡o„ ¸xsWtB 4 ߉ôJptø:$# ¬! 4 ö@t/ ÷LèeçŽsYø.r& Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇËÒÈ
“ Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui. (QS Az Zumar ayat 29 )
Allah membuat perumpamaan bagaimana keadaan seseorang yang harus taat kepada sekian banyak orang yang memilikinya, tetapi pemilik-pemiliknya itu saling berselisih dan buruk sikapnya. Alangkah bingung ia. Yang satu memerintahkan satu hal, belum lagi selesai datang yang lain mencegah atau memerintahkannya dengan perintah lain, yang ketiga pun demikian. Begitu seterusnya, sehingga pada akhirnya budak itu hidup dalam kompleks kejiwaan yang tidak diketahui bagaimana cara menanggulanginya. Bandingkanlah hal itu dengan seorang budak lain yang hanya menjadi milik penuh seseorang sehingga ia tidak mengalami kebingungan atau kontradiksi dalam kesehariannya.[10]
Demikain halnya dengan orang yang beragama tahuid dan orang yang beragama syirik. Orang yang beragama tauhid tidak pernah bingung dalam melaksanakan perintah itu, karena perintah dan larangan itu hanya bersumber dari Yang Maha Esa. Sedangkan orang yang beragama syirik selalu dalam keadaan kebingungan dalam melaksankana perintah yang manakah yang kana dilakukannya dan lebih patut dipatuhi dai tuhan-tuhan yang lain.[11] Allah mengemukakan perumpamaan dalam Al Qur’an agar manusia mudah mengambil pelajaran darinya, seperti contoh tadi.
Maka beruntunglah orang yang beragama tauhid. Namun lebih beruntung lagi jika kita mampu melaksankan dan menjauhi segala apa yang disuratkan dengan penuh ketaqwaan dan kesungguh-sungguhan. Maha besar Allah yang menguasai seluruh alam.
D. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Al-Qur’an sangat luas dalam membahas wawasan tentang ketuhanan tersebut dan tidak ada habisnya jika dipaparkan. Karena hanya Allah yang Maha Esa yang telah menurunkan al-Qur’an agar kita semua mempelajari tentang ketauhidan-Nya. Dari berbagi sudut pandang Al-Qur’an Allah telah menjelaskan bagaimana ketauhidan tersebut. Agar kita semua mengetahui secara sebenarnya. Berdasarkan fitrah kita sebagimana manusia, tauhid sebagai prinsip dasar agama samawai, bukti Keesaan Allah, macam-macam keesaan Allah dan bagaimana Allah dalam kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim, Semarang : Toha Putra
Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 3. Jakarta: CV. Duta Grafika.
Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 6. Jakarta: CV. Duta Grafika.
Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 7. Jakarta: CV. Duta Grafika.
Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 8. Jakarta: CV. Duta Grafika.
Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 10. Jakarta: CV. Duta Grafika.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tuhan_dalam_Islam&oldid=4816743
Shihab, Quraish.1996, Wawasan Al-Qur'an, Bandung: Mizan.
[1] Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an.Bandung: Mizan,1996 hlm.14-25
[2] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 7. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm. 495
[3] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 3. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm.458
[4] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 6. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm.242
[5] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 10. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm. 687
[6] "http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tuhan_dalam_Islam&oldid=4816743"
[7] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 3. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm. 330
[8] [8] Quraish Shihab. Op.cit hlm 28
[9] Quraish Shihab. Op.cit hlm 33
[10] Quraish Shihan. Op.cit 36-37
[11] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 8. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm.435
Created BY : ABDUL ROSYID feat MA PIM MUJAHIDIN BAGENG
A. Pendahuluan
Pemahaman atau penafsiran terhadap ayat-ayat yang menerangkan tentang Tuhan dalam mengkaji Islam merupakan suatu hal yang amatlah penting. Penting dikarenakan agama Islam adalah agama samawi (Langit) di mana agama Islam tersebut memiliki sumber tunggal yaitu Allah SWT. Dalam kajian fenomenologi (ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an dan Hadits) agama Islam, Allah adalah obyek dari agama tersebut. Sebagai obyek yang memiliki sisfat-sifat maha yang terurai dalam Asma’ul Husna. Sifat-sifat maha-Nya tiada tertandingi oleh apapun dan siapapun.
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang Esa. Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia itu sendiri. Dia menjawab dan menolong bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Selain itu semua, Allah SWT juga menuntun manusia pada jalan yang lurus (jalan yang diridhai-Nya) .
Jika dalam berbagai kajian mengenai ke-Tuhanan memiliki konsep-konsep yang berbeda satu sama lainnya, misalnya paham atau kepercayaan Politeisme di Yunani yang memiliki kepercayaan kepada berbagai tuhan atau banyak tuhan (dewa) yang menguasai masing-masing bidangnya. Hal itu juga terjadi di Mesir, Persia dan didaerah timur tengah lain. Tak terkecuali pengaruh keyakinan tersebut sampai di Arab. Namun kemudian datanglah Al Qur’an sebagai penglurus dan pembenaran, ajaran Tauhid (monotheisme). Selain itu juga didalam Al Qur’an juga dijelaskan tentang hukum, ilmu pengetahuan, syari’at, sejarah dan lain sebagainya. Oleh karena itu lah kita harus mempelajari lebih mendalam lagi tentang Al Qu’an.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan kami bahas permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Wawasan Al Qur’an membahas tentang Ketuhanan ?
C. Pembahasan
Sebelum menyebutkan ayat-ayat Al Qur’an yang berkenaan tentang ke-Tuhanan. Perlu kita ketahui bahwa Al-Quran datang untuk meluruskan membenarkan keyakinan sebelumnya, dengan membawa ajaran tauhid. Namun dapat kita bayangkan betapa luas pembahasan tentang Tuhan Yang Maha Esa bila dirujuk pada keseluruhan kata yang menunjukkan kepada Allah SWT, dalam Al-Qur’an. Terdapat beberapa sudut pandang yang terdapat dalam Al-Qur'an yang membahas tentang ke-Tuhanan, yakni sebagai berikut [1]:
1. Fitrah Manusia (Keyakinan tentang Keesaan Allah SWT)
Dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa kehadiaran Tuhan (Allah) ada dalam diri setiap manusia. Hal tersebut merupakan fitrah (bawaan) manusia sejak mereka masih berupa roh. Seperti diseebutkan dalam QS. Ar Rum ayat 30 :
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $Zÿ‹ÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏ‰ö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$# ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar-Rum : 30)
Fitratallah فطرت اللهmaksudnya ciptaan Allah. Berasal dari kerja (fi’il) fatara yafturu-fitratan au futuran artinya menciptakan, tumbuh, terbit, berbuka puasa atau makan pagi[2]. Pada ayat tersebut Allah menyuruh Nabi Muhammad untuk tetap menghadapkan muka kepada-Nya dalam rangka melaksanakan dakwah penyebaran agama Allah kepada seluruh umat manusia. Agama Allah merupakan ciptaan (fitrah)-Nya untuk kebaikan seluruh umat manusia. Karena manusia diciptakan oleh Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Jikalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan mereka. Selain itu dalam Al-Qur'an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan dalam QS. Al-A'raf ayat 172 :
øŒÎ)ur x‹s{r& y7•/u‘ .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍ‘qßgàß öNåktJƒÍh‘èŒ öNèdy‰pkôr&ur #’n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4’n?t/ ¡ !$tRô‰Îgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x‹»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ
“ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",(QS. Ar A’raf : 172)”
Dalam ayat tersebut Allah menerangkan tentang perjanjian/janji yang sudah dibuat pada waktu manusi dilahirkan dari rahim ibu mereka, secara turun temurun, yakni Allah menciptakan atas dasar fitrah. Ketika manusia masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi, serta bersumpah dan berikrar tentang keesaan Allah[3]. Dalam ayat tersebut juga menjelaskan kepada manusia, bahwa hakekat kejadian manusia itu didasari atas kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa. Sejak manusia itu dilahirkan dari rahim orang tua mereka, ia sudah menyaksikan tanda-tanda keesaan Allah pada kejadian mereka sendiri. Pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan.
2. Tauhid adalah Prinsip Dasar Agama Samawi
Dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al Anbiya’ Ayat 25 sebagai berikut ini :
!$tBur $uZù=y™ö‘r& `ÏB šÎ=ö6s% `ÏB @Aqß™§‘ žwÎ) ûÓÇrqçR Ïmø‹s9Î) ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbr߉ç7ôã$$sù ÇËÎÈ
Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, Maka sembahlah Aku ".(QS. Al Anbiya’ : 25)
Dalam ayat diatas Allah telah menegaskan, bahwa setiap Rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang telah diberi-Nya wahyu, yang bertugas mengajarkan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT[4]. Yakni Agama Islam yang merupakan Agama Samawi (langit) yakni agama yang berasal dari Tuhan, bukan dari hasil olah pikir manusia (agama ardhi/bumi). Oleh sebab itulah menjadi kewajiban bagi manusia untuk menyembah Allah semata-mata. Dan tidak ada satu dalil pun yang membenarkan kepercayaan selain kepercayaan tauhid kepada Allah. Jadi Tauhid merupakan pangkal atau pondasi dari Agama Samawi. Karena tauhid mengajarkan bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT. Karena semua Agama yang disampaikan oleh para rasul adalah berdasarkan kepercayaan tauhid kepada Allah SWT. Dan setiap Rasul yang diutus oleh Allah, memperoleh wajyu yang berisi kepercayaan Tauhid. Oleh sebab itulah manusia harus menyembah hanya kepada Allah SWT.
Dalam wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW yakni QS. Al ‘Alaq 1-5 juga dijelaskan tentang keesaan Allah SWT.
ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,(1) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah(2). Bacalah, dan Tuhan mulah yang Maha pemurah. (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam(4). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(5). (QS. Al Alaq : 1-5)
Dalam ayat tersebut jelas bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Pencipta. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Hal itu menunjukkan betapa kuasanya Allah SWT menciptakan manusia yang seperti kita ini, hanya dari segumpal darah hingga menjadi sesempurna sekarang ini[5]. Oleh karena itulah juga Tauhid merupakan dasar dari agama Islam. melalui wahyu pertama Al-Qur'an Surat Al-'Alaq : 1-5 tersebut, Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur'an adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur'an merupakan "penuturan Allah tentang diri-Nya."[6]
Serta Allah adalah yang Maha Pemurah lagi Maha Pintar yang telah memberikan manusia suatu pengajaran atau pendidikan dengan perantara kalam dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui meraka. Kalam yang dimaksud adalah Al-Qur’an yang berisi berbagai ilmu pengetahuan yang manusia belum ketahui, mulai ilmu pengetahuan keagamaan, alam dan lain sebagainya. Hal itu memberikan kita penjelasan tentang Al Qur’an yang mengandung wawasan atau pengetahuan tentang Keesaan Allah.
3. Bukti Keesaan Allah
Dalam QS. Az-Zumar ayat 5-6 yang berbunyi :
t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur Èd,ysø9$$Î/ ( â‘Èhqs3ムŸ@øŠ©9$# ’n?tã Í‘$pk¨]9$# â‘Èhqs3ãƒur u‘$yg¨Y9$# †n?tã È@øŠ©9$# ( t¤‚y™ur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur ( @@à2 “Ìøgs† 9@y_L{ ‘‡K|¡•B 3 Ÿwr& uqèd Ⓝ͓yèø9$# 㻤ÿtóø9$# ÇÎÈ /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oy‰Ïnºur §NèO Ÿ@yèy_ $pk÷]ÏB $ygy_÷ry— tAt“Rr&ur /ä3s9 z`ÏiB ÉO»yè÷RF{$# spuŠÏZ»yJrO 8lºurø—r& 4 öNä3à)è=øƒs† ’Îû ÈbqäÜç/ öNà6ÏG»yg¨Bé& $Z)ù=yz .`ÏiB ω÷èt/ 9,ù=yz ’Îû ;M»yJè=àß ;]»n=rO 4 ãNä3Ï9ºsŒ ª!$# öNä3š/u‘ çms9 à7ù=ßJø9$# ( Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( 4’¯Tr'sù tbqèùuŽóÇè? ÇÏÈ
5. Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
6. Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
[1306] tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.
Untuk orang-orang materialisme sesuatu harus dibuktikan secara nyata, begitu juga tentang Tuhan mereka menuntut bukti wujud dan keesaan Tuhan dengan pembuktian material. Mereka ingin segera melihat-Nya di dunia ini. Seperti halnya Nabi Musa A.S. suatu ketika pernah memohon kepada Allah agar Allah menampakkan diri-Nya kepadanya, sehingga Tuhan berfirman sebagai jawaban atas permohonannya, disebutkan dalam QS. Al A’raf ayat 143:
$£Js9ur uä!%y` 4Óy›qãB $uZÏF»s)ŠÏJÏ9 ¼çmyJ¯=x.ur ¼çmš/u‘ tA$s% Éb>u‘ þ’ÎTÍ‘r& öÝàRr& šø‹s9Î) 4 tA$s% `s9 ÓÍ_1ts? Ç`Å3»s9ur öÝàR$# ’n<Î) È@t6yfø9$# ÈbÎ*sù §s)tGó™$# ¼çmtR$x6tB t$öq|¡sù ÓÍ_1ts? 4 $£Jn=sù 4’©?pgrB ¼çmš/u‘ È@t7yfù=Ï9 ¼ã&s#yèy_ $y2yŠ §yzur 4Óy›qãB $Z)Ïè|¹ 4 !$£Jn=sù s-$sùr& tA$s% šoY»ysö6ß™ àMö6è? šø‹s9Î) O$tRr&ur ãA¨rr& tûüÏZÏB÷sßJø9$# ÇÊÍÌÈ
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang Telah kami tentukan dan Tuhan Telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar Aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi Lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, Aku bertaubat kepada Engkau dan Aku orang yang pertama-tama beriman".(QS. Al A’raf:143)
Beberapa Mufassirin ada yang mengartikan bahwa yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah sekedar cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.[7]
Peristiwa ini membuktikan bahwa manusia agung pun tidak berkemampuan untuk melihat-Nya -paling tidak- dalam kehidupan dunia ini. Agaknya kenyataan sehari-hari menunjukkan bahwa kita dapat mengakui keberadaan sesuatu tanpa harus melihatnya. Bukankah kita mengakui adanya angin, hanya dengan merasakan atau melihat bekas-bekasnya? Bukankah kita mengakui adanya "nyawa" bukan saja tanpa melihatnya bahkan tidak mengetahui substansinya?.
Di sisi lain ada dua faktor yang menjadikan makhluk tidak dapat melihat sesuatu. Pertama, karena sesuatu yang akan dilihat terlalu kecil apalagi dalam kegelapan. Sebutir pasir lebih-lebih di malam yang kelam tidak mungkin ditemukan oleh seseorang. Namun kegagalan itu tidak berarti pasir yang dicari tidak ada wujudnya. Faktor kedua adalah karena sesuatu itu sangat terang. Bukankah kelelawar tidak dapat melihat di siang hari, karena sedemikian terangnya cahaya matahari dibanding dengan kemampuan matanya untuk melihat? Tetapi bila malam tiba, dengan mudah ia dapat melihat.
Demikian pula manusia tidak sanggup menatap matahari dalam beberapa saat saja, bahkan sesaat setelah menatapnya ia akan menemukan kegelapan Kalau demikian wajar jika mata kepalanya tak mampu melihat Tuhan Pencipta Matahari itu.
Secara umum kita dapat membagi uraian Al-Quran tentang bukti Keesaan Tuhan dengan tiga bagian pokok, yaitu[8]:
a. Kenyataan Wujud Yang Tampak
Dalam hal ini Al-Quran menjelaskan menggunakan seluruh wujud sebagai bukti, khususnya keberadaan alam raya ini dengan segala isinya. Berkali-kali manusia diperintahkan untuk melakukan nazhar, berfikir, serta berjalan di permukaan bumi guna melihat betapa alam raya ini tidak mungkin terwujud tanpa ada yang mewujudkannya.
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ ’n<Î) È@Î/M}$# y#ø‹Ÿ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ ’n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#ø‹Ÿ2 ôMyèÏùâ‘ ÇÊÑÈ ’n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#ø‹x. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ ’n<Î)ur ÇÚö‘F{$# y#ø‹x. ôMysÏÜß™ ÇËÉÈ
(17)Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, (18) Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? (19) Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (20 Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS. Al Ghasiyyah:17-20)
b. Rasa Yang Terdapat Dalam Jiwa Manusia
Dalam hal ini, Al-Quran juga menjelaskan misalnya mengingatkan manusia,
ö@è% öNä3tF÷ƒuäu‘r& ÷bÎ) öNä38s?r& Ü>#x‹tã «!$# ÷rr& ãNä3÷Gs?r& èptã$¡¡9$# uŽöxîr& «!$# tbqããô‰s? bÎ) óOçFZä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÍÉÈ ö@t/ çn$ƒÎ) tbqããô‰s? ß#ϱõ3u‹sù $tB tbqããô‰s? Ïmø‹s9Î) bÎ) uä!$x© tböq|¡Ys?ur $tB tbqä.ÎŽô³è? ÇÍÊÈ
Katakanlah: (hai Muhammad kepada yang mempersekutukan Tuhan) "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (Tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!". (Tidak), tetapi Hanya dialah yang kamu seru, Maka dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepadanya, jika dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah).(QS. Al An’am : 40-41)
c. Dalil-Dalil Logika
Banyak sekali dalil-dalil aqliah atau logika yang membahas tentang keesaan Allah SWT. Sepeti halnya QS. Al An’am ayat 101 :
ßìƒÏ‰t/ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur ( 4’¯Tr& ãbqä3tƒ ¼çms9 Ó$s!ur óOs9ur `ä3s? ¼ã&©! ×pt6Ås»|¹ ( t,n=yzur ¨@ä. &äóÓx« ( uqèdur Èe@ä3Î/ >äóÓx« ×LìÎ=tæ ÇÊÉÊÈ
Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana dia mempunyai anak padahal dia tidak mempunyai isteri. dia menciptakan segala sesuatu; dan dia mengetahui segala sesuatu.( QS. Al An’am : 101)
Dari ayat tersebut jelas bahwa Allah adalah Yang Maha Esa berdasarkan akal logika. Selain itu diperkuat lagi pada QS. Al-Ikhlas tentang ke-Esaan Allah.
4. Macam-macam Keesaan
Berbicara tentang macam-macam keesaan Allah mengantarkan kita untuk memahami paling tidak surat Al-Ikhlas, sedikitnya tentang ayatnya yang pertama,
ö@è% uqèd ª!$# î‰ymr& ÇÊÈ
“ Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa ”(QS. Al Ikhlas : 1)
Ahad yang diterjemahkan dengan kata Esa terambil dari akar kata wahdat yang berarti "kesatuan," seperti juga kata wahid yang berarti "satu." Kata ini sekali berkedudukan sebagai nama, dan sekali sebagai sifat bagi sesuatu. Apabila ia berkedudukan sebagai sifat, maka ia hanya digunakan hanya untuk Allah SWT semata. Dalam ayat di atas, kata Ahad berfungsi sebagai sifat Allah SWT., dalam arti bahwa Allah memiliki sifat-sifat tersendiri yang tidak dimiliki oleh selain-Nya.
Jadi sangatlah jelas bahwa Allah Yang Maha Esa. Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah (Katakanlah) : sampaikan lah wahai Muhammad bahwa tiada tuhan yanh hak disembah kecuali hanya Allah SWT.
Selain itu juga dijelaskan dalam ayat lain yaitu dalam QS. Al Baqarah ayat 163 yang berbunyi :
ö/ä3ßg»s9Î)ur ×m»s9Î) Ó‰Ïnºur ( Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ß`»yJôm§9$# ÞOŠÏm§9$# ÇÊÏÌÈ
“ Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah :163).
Maka, tentu lebih jelas jika Allah adalah Yang Maha Esa dan tidak ada yang menyamainya. Namun yang jelas bahwa Allah Maha Esa, dan Keesaan-Nya itu mencakup empat macam keesaan yakni sebagai berikut[9] :
a. Keesaan Zat
Allah tidak terdiri atau tersusun dari unsur-unsur, bagian-bagian ataupu partikel-partikel
b. Keesaan Sifat
Allah tidak memiliki sifat yang sama dengan mahluk lain. Meskipun dari segi bahasa sama namun jika lebih dalam lagi berbeda karena Allah adalah maha dari segala-galanya.
c. Keesaan Perbuatan
Semua yang terjadi dijagat raya ini adalah perbuatan Allah semata, dan tidak ada unsur lain yang menghendaki kecuali hanya Allah SWT.
d. Keesaan dalam beribadah kepada-Nya.
Seluruh makhluk ciptaannya, baik itu jin, setan, malaikat, manusia dan lain-lainnya. Hanya beribadah kepada Allah SWT semata.
5. Allah dalam Kehidupan Manusia
Dalam suatu ayat Allah menggambarkan dampak kehadiran-Nya dalam jiwa manusia yakni QS Az Zumar ayat 29 :
z>uŽŸÑ ª!$# WxsWtB Wxã_§‘ ÏmŠÏù âä!%x.uŽà° tbqÝ¡Å3»t±tFãB Wxã_u‘ur $VJn=y™ @@ã_tÏj9 ö@yd Èb$tƒÈqtFó¡o„ ¸xsWtB 4 ߉ôJptø:$# ¬! 4 ö@t/ ÷LèeçŽsYø.r& Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇËÒÈ
“ Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui. (QS Az Zumar ayat 29 )
Allah membuat perumpamaan bagaimana keadaan seseorang yang harus taat kepada sekian banyak orang yang memilikinya, tetapi pemilik-pemiliknya itu saling berselisih dan buruk sikapnya. Alangkah bingung ia. Yang satu memerintahkan satu hal, belum lagi selesai datang yang lain mencegah atau memerintahkannya dengan perintah lain, yang ketiga pun demikian. Begitu seterusnya, sehingga pada akhirnya budak itu hidup dalam kompleks kejiwaan yang tidak diketahui bagaimana cara menanggulanginya. Bandingkanlah hal itu dengan seorang budak lain yang hanya menjadi milik penuh seseorang sehingga ia tidak mengalami kebingungan atau kontradiksi dalam kesehariannya.[10]
Demikain halnya dengan orang yang beragama tahuid dan orang yang beragama syirik. Orang yang beragama tauhid tidak pernah bingung dalam melaksanakan perintah itu, karena perintah dan larangan itu hanya bersumber dari Yang Maha Esa. Sedangkan orang yang beragama syirik selalu dalam keadaan kebingungan dalam melaksankana perintah yang manakah yang kana dilakukannya dan lebih patut dipatuhi dai tuhan-tuhan yang lain.[11] Allah mengemukakan perumpamaan dalam Al Qur’an agar manusia mudah mengambil pelajaran darinya, seperti contoh tadi.
Maka beruntunglah orang yang beragama tauhid. Namun lebih beruntung lagi jika kita mampu melaksankan dan menjauhi segala apa yang disuratkan dengan penuh ketaqwaan dan kesungguh-sungguhan. Maha besar Allah yang menguasai seluruh alam.
D. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Al-Qur’an sangat luas dalam membahas wawasan tentang ketuhanan tersebut dan tidak ada habisnya jika dipaparkan. Karena hanya Allah yang Maha Esa yang telah menurunkan al-Qur’an agar kita semua mempelajari tentang ketauhidan-Nya. Dari berbagi sudut pandang Al-Qur’an Allah telah menjelaskan bagaimana ketauhidan tersebut. Agar kita semua mengetahui secara sebenarnya. Berdasarkan fitrah kita sebagimana manusia, tauhid sebagai prinsip dasar agama samawai, bukti Keesaan Allah, macam-macam keesaan Allah dan bagaimana Allah dalam kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim, Semarang : Toha Putra
Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 3. Jakarta: CV. Duta Grafika.
Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 6. Jakarta: CV. Duta Grafika.
Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 7. Jakarta: CV. Duta Grafika.
Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 8. Jakarta: CV. Duta Grafika.
Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 10. Jakarta: CV. Duta Grafika.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tuhan_dalam_Islam&oldid=4816743
Shihab, Quraish.1996, Wawasan Al-Qur'an, Bandung: Mizan.
[1] Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an.Bandung: Mizan,1996 hlm.14-25
[2] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 7. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm. 495
[3] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 3. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm.458
[4] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 6. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm.242
[5] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 10. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm. 687
[6] "http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tuhan_dalam_Islam&oldid=4816743"
[7] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 3. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm. 330
[8] [8] Quraish Shihab. Op.cit hlm 28
[9] Quraish Shihab. Op.cit hlm 33
[10] Quraish Shihan. Op.cit 36-37
[11] Depag RI. Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid 8. Jakarta: CV. Duta Grafika, 2004 hlm.435
Created BY : ABDUL ROSYID feat MA PIM MUJAHIDIN BAGENG
Makalah Supervisi Pendidikan
PERANAN DAN OBJEK SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik, mengingat perkembangan komunikasi, informasi dan kehadiran media cetak maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh positif bagi peserta didik.
Guna mencapai semua itu maka dalam pelaksanaan tugas pendidik perlu adanya supervisi, maksud dari supervisi di sini adalah agar pendidik mengetahui dengan jelas tujuan dari pekerjaannya dalam mendidik, mengenai apa yang hendak dicapai dari pelaksanaan pendidikan tersebut. Serta mengetahui pula fungsi dari pekerjaan yang pendidik lakukan. Ini tidak lain membantu pendidik agar lebih fokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan dan menghindarkan dari pelaksanaan pendidikan yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.
Dengan supervisi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan sendiri. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan faktor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan kami bahas permasalahan sebagai berikut :
1. Apa peranan supervisi pendidikan ?
2. Apa saja objek supervisi pendidikan ?
C. Pembahasan
1. Peranan Supervisi Pendidikan
Peranan dalam KBBI adalah bagian yang dimainkan seorang pemain atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. (Depdiknas,2007:854)
Supervisi Pendidikan adalah pengawasan utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan. Dan yang melakukan supervisi adalah supervisor atau pengawas utama, pengontrol utama, penyelia. (Depdiknas, 2007:1107)
Jadi peranan supervisi adalah tindakan yang dilakukan dalam suatu kegiatan yang sistematis yang terkadang terencana yang betujuan untuk melukan evaluasi dan pengawas terhadap pendidik guna meningkatkan kinerja serta kwalitas dan kwantitas seorang pendidik dalam kegiatan pendidikan sekolah yakni pelaksanaan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan utama pendidikan di sekolah, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh sebab itu, salah satu tugas dari kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah. Serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.
Maka peranan supervisor adalah memberi dukungan (support), membantu (assisting), dan mengikut sertakan (shearing). Selain itu peranan seorang supervisor adalah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Suasana yang demikian hanya dapat terjadi apabila kepemimpinan dari supervisor itu bercorak demokratis bukan otokraris. Kebanyakan guru seolah-olah mengalami kelumpuhan tanpa inisiatif dan daya kreatif karena supervisor dalam meletakkan interaksi bersifat mematikan. (Piet Sahhertian, 2008:25).
Jika dilihat dari fungsi tersebut, terlihat jelas bahwa peranan supervisi pendidikan itu tertera dalam kinerja supervior yang melakukan tugasnya sebagai supervisor. Dalam peranannya sebagai seorang supervisor, ia juga dapat berperan sebagai :
a. Koordinator.
Sebagai koordinator, ia dapat mengkoordinasikan program belajar mengajar, tugas-tugas anggota staf, dan berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guru-guru. Seperti : mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh lebih dari 1 guru. Dalam mengkoordinasikan program belajar mengajar, tugas-tugas anggota staf, berbagai kegiatan yang berbeda-beda di antara guru-guru, seorang supervisor dapat menyusun rencana bersama, dengan mengikut sertakan anggota kelompok (guru, murid, dan karyawan) dalam berbagai kegiatan, serta memberi bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalan dan lain-lain.
b. Konsultan
Sebagai konsultan, ia dapat memberikan bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah yang dialami guru, baik secara individu maupun secara kelompok. Misalnya: kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit belajar, yang menyebabkan guru sendiri sulit mengatasi dalam setiap tatap muka dikelas. Dalam memberikan bantuan, bersama dengan mengkonsultasikan masalah yang dialami guru, baik secara individu maupun secara kelompok, yaitu dengan memanfaatkan kesalahan yang pernah dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya. Mengarahkan anggota kelompok pada sikap dan demokratis, serta membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok.
c. Pemimpin Kelompok
Sebagai seorang pemimpin kelompok, ia dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok saat menyusun dan mengembangkan kurikulum. Materi pelajaran dan kebutuhan professional guru-guru secara bersama. Dalam memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensinya pada saat menyusun dan mengembangkan kurikulum, materi pelajaran, dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama, maka seorang supervisor hendaknya mengenal masing–masing pribadi anggota staf guru, baik kelemahan maupun kelebihannya, menimbulkan, dan memelihara sikap percaya antar sesama anggota maupun antar anggota dengan yang lainnya, memupuk sikap, dan kesediaan saling tolong menolong, serta memperbesar rasa tanggung jawab para anggota.
d. Evaluator
Sebagai evaluator, ia dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapat menilai kurikulum yang dikembangkan. Misalnya: diakhir semester, ia dapat mengadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik yang dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya. Dalam mengevaluasi, seorang supervisor, hendaknya dapat menguasai teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma - norma yang ada, serta menafsirkan dan menyimpulkan hasil- hasil penilaian yang mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan mengadakan perbaikan-perbaikan. Pelaksanaan proses evaluasi seharusnya mengikutkan sertakan guru, dengan begitu para guru akan lebih menyadari kelemahannya, sehingga ia mereka dapat lebih berusaha meningkatkan kemampuannya tanpa suatu paksaan dan tekanan dari orang lain. (Piet Sahhertian, 2008:25-26). Selain itu ia juga dibantu dalam merefleksikan dirinya sendiri, yaitu dengan konsep dirinya (self concept), idea/cita-citanya (self idea), realitas dirinya (self reality). Misalnya pada akhir semester ia dapat mngadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari siswa yang dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya.(Mukhtar, Iskandar, 2009:45-46)
Jadi peranan seorang supervisor, ialah membantu, memberi support, dan mengikut sertakan. Tidak hanya terus-menerus mengarahkan, tidak demokratis, dan juga tidak memberi kesempatan untuk guru-guru belajar berdiri sendiri atas tugas dan tanggung jawabnya sendiri. Sedangkan ciri-ciri dari guru professional, ialah guru yang memiliki otonomi dalam arti bebas mengembangkan diri sendiri atas kesadaran diri sendiri.
2. Objek Supervisi Pendidikan
Dalam KBBI Objek adalah hal, perkara, orang yang menjadi pokok pembicaraan atau benda, hal dan sebagainya yang dijadikan sebagai sasaran untuk diteliti atau diperhatikan.(Depdiknas, 2007:793)
Maka Objek Supervisi Pendidikan adalah orang yang menjadi pokok pengawasan, penilaian dan pengamatan dalam proses pelaksanaan kegiatan pendidikan yakni proses pembelajaran di sekolah atau madrasah.
Selain mempunyai andil/peran yang besar tersebut, supervisi pendidikan tentunya juga mempunyai obyek. Di mana tanpa adanya objek, maka tugas dari seorang supervisor, tidaklah berarti. Dan seperti yang dijelaskan, bahwa obyek pengkajian supervisi pendidikan, adalah perbaikan situasi belajar mengajar.(Piet Sahertian, 2008:26).
Adapun objek dari supervisi pendidikan terbagi menjadi dua bagian, yakni pembinaan personil dan pembinaan non personil.
a. Pembinaan Personil
1) Kepala Sekolah
Kepala Sekolah sebagai bagian dari suatu sekolah juga menjadi objek dari supervisi pendidikan tersebut. Dan sebagai pemegang tertinggi dalam suatu sekolah juga perlu disupervisi, karena melihat dari latar belakang perlunya supervisi pendidikan, bahwa kepala sekolah itu juga perlu tumbuh dan berkembang dalam jabatannya, maka kepala sekolah harus berusaha mengembangkan dirinya, meningkatkan kualitas profesionalitasnya serta menumbuhkan semangat dalam dirinya dalam melaksanakan tugasnya sebagi kepala sekolah. Tidak jauh berbeda dengan supervisi kepada guru, kepala sekolah disupervisi oleh seorang pengawas. Sistem dan pelaksanaannya hampir sama dengan supervisi guru. Namun ada perbedaan jika guru pada pelaksanaan pembelajaran kalau kepala sekolah pada bagimana ia mampu melaksanakan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah yang sesuai dengan yang telah ditetapkan seperti pengelolaan dan manajement sekolah. (Baharuddin,1985:29-31)
2) Guru
Guru sebagai agent of change yang merupakan ujuk tombak pelaksanaan pembelajaran, dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya pengawasan oleh supervisor yakni kepala madrasah yang menyuvervisi guru (Mukhtar,2009:116). Karena guru juga manusia yang setiap saat mengalami perkembangan dan perlu adanya pengawasan secara berkala dan sistematis. Selain itu, guru juga perlu meningkatkan kualitas profesionalitasnya, meningkatkan muju kerja, dan meningkatkan efektifitasnya sebagai seorang pendidik. Karena guru harus mampu mengembangkan dan miningkatkan proses kegiatan belajar mengajar siswa yang lebih baik lagi. Yakni dengan cara pembinaan tersebut. Pembinaan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru bisa berupa pembinaan secara individu maupun secara kelompok. Terkadang guru juga memiliki permasalahan yang sama dan juga berbeda dengan guru satu dan lainnya. Oleh karena itulah pembinaan guru harus disesuaikan dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh guru. (Baharuddin,1985:18). Diluar itu guru juga dituntut mampu untuk menata administrasi pembelajaran secara benar dan baik, guna menunjang kegiatan belajar mengajar.(Ngalim Purwanto,2009:144). Adapun point-point yang menjadi supervisi guru antara lain adalah :
a. Kinerja Guru
b. KBM Guru
c. Karakteristik Guru
d. Administrasi Guru dll.
3) Staff Sekolah
Staff Sekolah ataupun Tenaga Kependidikan Sekolah adalah sama. Pembinaan atau supervisi terhadap staff sekolah dilakukan oleh Kepala Sekolah sama seperti guru, namun dalam staff sekolah yang perlu disupervisi adalah tentang kinerja staff, penataan administrasi sekolah, kemampuan dalam dalam bekerja atau skill serta loyatitas terhadap pimpinan atau kepala sekolah. Karena staff juga perlu pengembangan dalam dirinya dan perlu adanya pengawasan, pengamatan dan penilaian dari supervisor untuk meningkatkan keprofesionalannya sebagai bagian dari suatu system pendidikan. Pembinaan supervisor terhadap staff sekolah ataupun tenaga kependidikan lebih luas dan mendalam sama seperti supervisi guru. Karena staff sekolah menjadi pelaksana dalam menata dan menjalankan manajement sekolah yang telah ditetapkan. Dan cara pembinaan terhadap staff sama seperti halnya dengan guru.
4) Peserta Didik
Peserta didik atau siswa merupakan bagian dari sistem pendidikan sekolah yang saling terkait satu sama lainnya. Dan siswa yang menjadi objek dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tersebut, juga ikut disupervisi. Namun berbeda dengan supervisi yang dilakukan terhadap kepala sekolah, guru, dan staff sekolah. Siswa disupervisi dalam tiga aspek yakni, aspek kognitif, psikomotorik dan afektif oleh guru sebagai supervisornya. Peserta didik akan selalu diperhatikan dan diawasi setiap saat mulai dari kegiatan belajar mengajar didalam kelas, sikap dan perilakunya serta hasil dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pembinaan terhadap siswa dilakukan secara berkala. Karena siswa satu dengan yang lainnya berbeda psikis dan cara penangannya. Selain itu juga supervisi peserta didik seperti keadaan siswa meliputi administrasi kesiswaan, kahadiran dan kedisiplinan siswa, pengembangan diri, organisasi siswa dan lain-lain.
b. Pembinaan Non Personil
Pembinaan Non Personil menitik beratkan pada pembinaan Sarana dan Prasarana yaitu semua komponen yang sacara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Menurut keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 079/ 1975, sarana pendididkan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu :
a) Bangunan dan perabot sekolah
b) Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan, alat-alat peraga dan laboratorium.
c) Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunaakan alat penampil. (Aadesanja.blogspot, Supervisi Pendidikan)
Dalam supervisi dan pembinaan pada sarana prasaran yang disupervisi adalah antara lain sebagai berikut :
1) Kelengkapan administrasi sarana prasarana
Mencakup data inventarisasi, kondisi fisik dan lain-lain.
2) Operasional Sarana dan prasarana
Mencakup pelaksanaan penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang tersedia.
3) Perawatan Sarana dan prasarana
Mencakup proses dan pelaksanaan perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada. (Aadesanja.blogspot, Supervisi Pendidikan)
Sedangkan pembinaan yang dilakukan oleh supervisor terhadap sarana prasarana adalah sebagai berikut :
1) Membina hubungan kerja sama yang baik dengan petugas sarana prasarana
2) Memimpin kerja sama dengan staf yang membantu petugas sarana prasarana
3) Memberikan pelatihan pada petugas sarana prasarana untuk peningkatan kerjanya.
4) Mengawasi pembaharuan dan perbaikan sarana dan prasarana
5) Mengadakan inspeksi secara periodik dan teliti terhadap sarana dan prasarana. (Imronfauzi.wordpress, Administrasi Sarana Prasarana)
Dengan demikian bahwa sarana dan prasarana perlu adanya supervisi dan pembinaan dari supervisor. Guna menjaga dan meningkatkan kwalitas dan memenuhi kebutuhan sarana prasarana. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Karena tanpa adanya sarana dan prasaran yang memadai proses pembelajaran akan timpang.
D. Kesimpulan
Peranan Supervisi adalah untuk lebih meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran dan lainnya dalam dunia pendidikan. Selain itu supervisi juga berperan bukan hanya sebagai pengawasan tetapi juga berperan sebagai :
1. Koordinator
2. Konsultan
3. Pemimpin kelompok
4. Evaluator
Sedangkan objek yang dikaji dalam supervisi pendidikan mencakup 2 hal yakni :
a. Pembinaan Personil
Meliputi Kepala Sekolah, Guru (Pendidik), Staff Sekolah (Tenaga Kependidikan) dan peserta didik.
b. Pembinaan Non Personil
Meluputi pembinaan sarana dan prasarana
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin Harahap, 1985, Supervisi Pendidikan, Jakarta : CV. Damai Jaya
Depag RI, 1998, Supervisi Madrasah Aliyah, Jakarata : Depag RI
Depdiknas RI, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/05/supervisi-pendidikan.htmlhttp://imronfauzi.wordpress.com/category/administrasi-dan-supervisi/
Mukhtar dan Iskandar, 2009, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta : Gaung Persada Press
Ngalim Purwanto, 2009, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Piet A. Sahertian, 2008, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT Rineka Cipta
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik, mengingat perkembangan komunikasi, informasi dan kehadiran media cetak maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh positif bagi peserta didik.
Guna mencapai semua itu maka dalam pelaksanaan tugas pendidik perlu adanya supervisi, maksud dari supervisi di sini adalah agar pendidik mengetahui dengan jelas tujuan dari pekerjaannya dalam mendidik, mengenai apa yang hendak dicapai dari pelaksanaan pendidikan tersebut. Serta mengetahui pula fungsi dari pekerjaan yang pendidik lakukan. Ini tidak lain membantu pendidik agar lebih fokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan dan menghindarkan dari pelaksanaan pendidikan yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.
Dengan supervisi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan sendiri. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan faktor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan kami bahas permasalahan sebagai berikut :
1. Apa peranan supervisi pendidikan ?
2. Apa saja objek supervisi pendidikan ?
C. Pembahasan
1. Peranan Supervisi Pendidikan
Peranan dalam KBBI adalah bagian yang dimainkan seorang pemain atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. (Depdiknas,2007:854)
Supervisi Pendidikan adalah pengawasan utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan. Dan yang melakukan supervisi adalah supervisor atau pengawas utama, pengontrol utama, penyelia. (Depdiknas, 2007:1107)
Jadi peranan supervisi adalah tindakan yang dilakukan dalam suatu kegiatan yang sistematis yang terkadang terencana yang betujuan untuk melukan evaluasi dan pengawas terhadap pendidik guna meningkatkan kinerja serta kwalitas dan kwantitas seorang pendidik dalam kegiatan pendidikan sekolah yakni pelaksanaan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan utama pendidikan di sekolah, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh sebab itu, salah satu tugas dari kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah. Serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.
Maka peranan supervisor adalah memberi dukungan (support), membantu (assisting), dan mengikut sertakan (shearing). Selain itu peranan seorang supervisor adalah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Suasana yang demikian hanya dapat terjadi apabila kepemimpinan dari supervisor itu bercorak demokratis bukan otokraris. Kebanyakan guru seolah-olah mengalami kelumpuhan tanpa inisiatif dan daya kreatif karena supervisor dalam meletakkan interaksi bersifat mematikan. (Piet Sahhertian, 2008:25).
Jika dilihat dari fungsi tersebut, terlihat jelas bahwa peranan supervisi pendidikan itu tertera dalam kinerja supervior yang melakukan tugasnya sebagai supervisor. Dalam peranannya sebagai seorang supervisor, ia juga dapat berperan sebagai :
a. Koordinator.
Sebagai koordinator, ia dapat mengkoordinasikan program belajar mengajar, tugas-tugas anggota staf, dan berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guru-guru. Seperti : mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh lebih dari 1 guru. Dalam mengkoordinasikan program belajar mengajar, tugas-tugas anggota staf, berbagai kegiatan yang berbeda-beda di antara guru-guru, seorang supervisor dapat menyusun rencana bersama, dengan mengikut sertakan anggota kelompok (guru, murid, dan karyawan) dalam berbagai kegiatan, serta memberi bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalan dan lain-lain.
b. Konsultan
Sebagai konsultan, ia dapat memberikan bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah yang dialami guru, baik secara individu maupun secara kelompok. Misalnya: kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit belajar, yang menyebabkan guru sendiri sulit mengatasi dalam setiap tatap muka dikelas. Dalam memberikan bantuan, bersama dengan mengkonsultasikan masalah yang dialami guru, baik secara individu maupun secara kelompok, yaitu dengan memanfaatkan kesalahan yang pernah dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya. Mengarahkan anggota kelompok pada sikap dan demokratis, serta membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok.
c. Pemimpin Kelompok
Sebagai seorang pemimpin kelompok, ia dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok saat menyusun dan mengembangkan kurikulum. Materi pelajaran dan kebutuhan professional guru-guru secara bersama. Dalam memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensinya pada saat menyusun dan mengembangkan kurikulum, materi pelajaran, dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama, maka seorang supervisor hendaknya mengenal masing–masing pribadi anggota staf guru, baik kelemahan maupun kelebihannya, menimbulkan, dan memelihara sikap percaya antar sesama anggota maupun antar anggota dengan yang lainnya, memupuk sikap, dan kesediaan saling tolong menolong, serta memperbesar rasa tanggung jawab para anggota.
d. Evaluator
Sebagai evaluator, ia dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapat menilai kurikulum yang dikembangkan. Misalnya: diakhir semester, ia dapat mengadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik yang dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya. Dalam mengevaluasi, seorang supervisor, hendaknya dapat menguasai teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma - norma yang ada, serta menafsirkan dan menyimpulkan hasil- hasil penilaian yang mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan mengadakan perbaikan-perbaikan. Pelaksanaan proses evaluasi seharusnya mengikutkan sertakan guru, dengan begitu para guru akan lebih menyadari kelemahannya, sehingga ia mereka dapat lebih berusaha meningkatkan kemampuannya tanpa suatu paksaan dan tekanan dari orang lain. (Piet Sahhertian, 2008:25-26). Selain itu ia juga dibantu dalam merefleksikan dirinya sendiri, yaitu dengan konsep dirinya (self concept), idea/cita-citanya (self idea), realitas dirinya (self reality). Misalnya pada akhir semester ia dapat mngadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari siswa yang dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya.(Mukhtar, Iskandar, 2009:45-46)
Jadi peranan seorang supervisor, ialah membantu, memberi support, dan mengikut sertakan. Tidak hanya terus-menerus mengarahkan, tidak demokratis, dan juga tidak memberi kesempatan untuk guru-guru belajar berdiri sendiri atas tugas dan tanggung jawabnya sendiri. Sedangkan ciri-ciri dari guru professional, ialah guru yang memiliki otonomi dalam arti bebas mengembangkan diri sendiri atas kesadaran diri sendiri.
2. Objek Supervisi Pendidikan
Dalam KBBI Objek adalah hal, perkara, orang yang menjadi pokok pembicaraan atau benda, hal dan sebagainya yang dijadikan sebagai sasaran untuk diteliti atau diperhatikan.(Depdiknas, 2007:793)
Maka Objek Supervisi Pendidikan adalah orang yang menjadi pokok pengawasan, penilaian dan pengamatan dalam proses pelaksanaan kegiatan pendidikan yakni proses pembelajaran di sekolah atau madrasah.
Selain mempunyai andil/peran yang besar tersebut, supervisi pendidikan tentunya juga mempunyai obyek. Di mana tanpa adanya objek, maka tugas dari seorang supervisor, tidaklah berarti. Dan seperti yang dijelaskan, bahwa obyek pengkajian supervisi pendidikan, adalah perbaikan situasi belajar mengajar.(Piet Sahertian, 2008:26).
Adapun objek dari supervisi pendidikan terbagi menjadi dua bagian, yakni pembinaan personil dan pembinaan non personil.
a. Pembinaan Personil
1) Kepala Sekolah
Kepala Sekolah sebagai bagian dari suatu sekolah juga menjadi objek dari supervisi pendidikan tersebut. Dan sebagai pemegang tertinggi dalam suatu sekolah juga perlu disupervisi, karena melihat dari latar belakang perlunya supervisi pendidikan, bahwa kepala sekolah itu juga perlu tumbuh dan berkembang dalam jabatannya, maka kepala sekolah harus berusaha mengembangkan dirinya, meningkatkan kualitas profesionalitasnya serta menumbuhkan semangat dalam dirinya dalam melaksanakan tugasnya sebagi kepala sekolah. Tidak jauh berbeda dengan supervisi kepada guru, kepala sekolah disupervisi oleh seorang pengawas. Sistem dan pelaksanaannya hampir sama dengan supervisi guru. Namun ada perbedaan jika guru pada pelaksanaan pembelajaran kalau kepala sekolah pada bagimana ia mampu melaksanakan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah yang sesuai dengan yang telah ditetapkan seperti pengelolaan dan manajement sekolah. (Baharuddin,1985:29-31)
2) Guru
Guru sebagai agent of change yang merupakan ujuk tombak pelaksanaan pembelajaran, dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya pengawasan oleh supervisor yakni kepala madrasah yang menyuvervisi guru (Mukhtar,2009:116). Karena guru juga manusia yang setiap saat mengalami perkembangan dan perlu adanya pengawasan secara berkala dan sistematis. Selain itu, guru juga perlu meningkatkan kualitas profesionalitasnya, meningkatkan muju kerja, dan meningkatkan efektifitasnya sebagai seorang pendidik. Karena guru harus mampu mengembangkan dan miningkatkan proses kegiatan belajar mengajar siswa yang lebih baik lagi. Yakni dengan cara pembinaan tersebut. Pembinaan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru bisa berupa pembinaan secara individu maupun secara kelompok. Terkadang guru juga memiliki permasalahan yang sama dan juga berbeda dengan guru satu dan lainnya. Oleh karena itulah pembinaan guru harus disesuaikan dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh guru. (Baharuddin,1985:18). Diluar itu guru juga dituntut mampu untuk menata administrasi pembelajaran secara benar dan baik, guna menunjang kegiatan belajar mengajar.(Ngalim Purwanto,2009:144). Adapun point-point yang menjadi supervisi guru antara lain adalah :
a. Kinerja Guru
b. KBM Guru
c. Karakteristik Guru
d. Administrasi Guru dll.
3) Staff Sekolah
Staff Sekolah ataupun Tenaga Kependidikan Sekolah adalah sama. Pembinaan atau supervisi terhadap staff sekolah dilakukan oleh Kepala Sekolah sama seperti guru, namun dalam staff sekolah yang perlu disupervisi adalah tentang kinerja staff, penataan administrasi sekolah, kemampuan dalam dalam bekerja atau skill serta loyatitas terhadap pimpinan atau kepala sekolah. Karena staff juga perlu pengembangan dalam dirinya dan perlu adanya pengawasan, pengamatan dan penilaian dari supervisor untuk meningkatkan keprofesionalannya sebagai bagian dari suatu system pendidikan. Pembinaan supervisor terhadap staff sekolah ataupun tenaga kependidikan lebih luas dan mendalam sama seperti supervisi guru. Karena staff sekolah menjadi pelaksana dalam menata dan menjalankan manajement sekolah yang telah ditetapkan. Dan cara pembinaan terhadap staff sama seperti halnya dengan guru.
4) Peserta Didik
Peserta didik atau siswa merupakan bagian dari sistem pendidikan sekolah yang saling terkait satu sama lainnya. Dan siswa yang menjadi objek dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tersebut, juga ikut disupervisi. Namun berbeda dengan supervisi yang dilakukan terhadap kepala sekolah, guru, dan staff sekolah. Siswa disupervisi dalam tiga aspek yakni, aspek kognitif, psikomotorik dan afektif oleh guru sebagai supervisornya. Peserta didik akan selalu diperhatikan dan diawasi setiap saat mulai dari kegiatan belajar mengajar didalam kelas, sikap dan perilakunya serta hasil dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pembinaan terhadap siswa dilakukan secara berkala. Karena siswa satu dengan yang lainnya berbeda psikis dan cara penangannya. Selain itu juga supervisi peserta didik seperti keadaan siswa meliputi administrasi kesiswaan, kahadiran dan kedisiplinan siswa, pengembangan diri, organisasi siswa dan lain-lain.
b. Pembinaan Non Personil
Pembinaan Non Personil menitik beratkan pada pembinaan Sarana dan Prasarana yaitu semua komponen yang sacara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Menurut keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 079/ 1975, sarana pendididkan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu :
a) Bangunan dan perabot sekolah
b) Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan, alat-alat peraga dan laboratorium.
c) Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunaakan alat penampil. (Aadesanja.blogspot, Supervisi Pendidikan)
Dalam supervisi dan pembinaan pada sarana prasaran yang disupervisi adalah antara lain sebagai berikut :
1) Kelengkapan administrasi sarana prasarana
Mencakup data inventarisasi, kondisi fisik dan lain-lain.
2) Operasional Sarana dan prasarana
Mencakup pelaksanaan penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang tersedia.
3) Perawatan Sarana dan prasarana
Mencakup proses dan pelaksanaan perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada. (Aadesanja.blogspot, Supervisi Pendidikan)
Sedangkan pembinaan yang dilakukan oleh supervisor terhadap sarana prasarana adalah sebagai berikut :
1) Membina hubungan kerja sama yang baik dengan petugas sarana prasarana
2) Memimpin kerja sama dengan staf yang membantu petugas sarana prasarana
3) Memberikan pelatihan pada petugas sarana prasarana untuk peningkatan kerjanya.
4) Mengawasi pembaharuan dan perbaikan sarana dan prasarana
5) Mengadakan inspeksi secara periodik dan teliti terhadap sarana dan prasarana. (Imronfauzi.wordpress, Administrasi Sarana Prasarana)
Dengan demikian bahwa sarana dan prasarana perlu adanya supervisi dan pembinaan dari supervisor. Guna menjaga dan meningkatkan kwalitas dan memenuhi kebutuhan sarana prasarana. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Karena tanpa adanya sarana dan prasaran yang memadai proses pembelajaran akan timpang.
D. Kesimpulan
Peranan Supervisi adalah untuk lebih meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran dan lainnya dalam dunia pendidikan. Selain itu supervisi juga berperan bukan hanya sebagai pengawasan tetapi juga berperan sebagai :
1. Koordinator
2. Konsultan
3. Pemimpin kelompok
4. Evaluator
Sedangkan objek yang dikaji dalam supervisi pendidikan mencakup 2 hal yakni :
a. Pembinaan Personil
Meliputi Kepala Sekolah, Guru (Pendidik), Staff Sekolah (Tenaga Kependidikan) dan peserta didik.
b. Pembinaan Non Personil
Meluputi pembinaan sarana dan prasarana
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin Harahap, 1985, Supervisi Pendidikan, Jakarta : CV. Damai Jaya
Depag RI, 1998, Supervisi Madrasah Aliyah, Jakarata : Depag RI
Depdiknas RI, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/05/supervisi-pendidikan.htmlhttp://imronfauzi.wordpress.com/category/administrasi-dan-supervisi/
Mukhtar dan Iskandar, 2009, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta : Gaung Persada Press
Ngalim Purwanto, 2009, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Piet A. Sahertian, 2008, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT Rineka Cipta